Pengenalan Beton

Beton 
Beton merupakan bahan yang paling banyak dipakai pada pembangunan di bidang teknik sipil, baik pada bangunan gedung, jembatan, dermaga, maupun konstruksi lainnya. Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen Portland atau semen  hidraulik  yang  lain,  agregat  halus,  agregat  kasar  dan  air  dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat (SNI 03-2834-2000).

Kualitas beton sangat ditentukan oleh kualitas bahan susunnya. Oleh karena itu agar memperoleh beton yang baik, maka harus dipilih bahan susun yang berkualitas baik pula.
1.  Semen Portland
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu bahan pengikat. Fungsi semen adalah untuk mengikat butir-butir gregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat.
Menurut SNI 15-2049-2004 Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.
Semen Portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan aluminium selikat. Penambahan air pada mineral ini menghalsilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Bahan baku pembentuk semen adalah kapur (CaO) dari batu kapur, silica (StO2) dari lempung dan alumina (Al2O3) dari lempung.
Kekuatan semen merupakan hasil dari proses hidrasi. Proses kimiawi ini berupa terkristalisasi dalam bentuk interlocking-crystals sehingga membentuk gel semen yang akan mempunyai kekuatan tekan tinggi apabila mengeras. Kekuatan awal semen Portland semakin tinggi apabila semakin banyak C3S. Jika perawatan kelembaban terus berlangsung, kekuatan akhirnya akan lebih besar apabila presentase C2S semakin besar. C3A mempunyai kontribusi terhadap kekuatan selama beberapa hari sesudah pengecoran beton karena bahan ini yang terdahulu mengalami hidrasi.
Menurut SNI 15-2049-2004, menurut penggunaanya, semen portland diklasifikasikan menjadi 5 jenis. Dalam penelitian ini akan menggunakan PCC (Portland Composite Cement) yaitu jenis semen yang digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya, dan sama dengan penggunaan Semen Portland Jenis I dengan kuat tekan yang sama. Namun PCC mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland Jenis I, sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan beton atau plester yang lebih rapat dan lebih halus (sementigaroda.com). Tidak dianjurkan untuk konstruksi yang banyak berhubungan dengan senyawa sulfat dan tidak dianjurkan untuk konstruksi dengan kenaikan temperatur yang tinggi. Kadar C3S antara 48% sampai 52% dan kadar C3A antara 1% sampai 15%.
Jika semen Portland dicampuri dengan air, maka komponen kapur dilepaskan dari senyawanya. Banyaknya kapur yang dilepaskan ini sekitar 20% dari berat semen. Kondisi terburuknya ialah mungkin terjadi pemisahan struktur yang disebabkan oleh lepasnya kapur dari semen. Situasi ini harus dicegah dengan menambahkan pada semen suatu mineral silika seperti pozolan. Mineral yang ditambahkan ini bereaksi dengan kapur bila ada uap air membentuk bahan yang kuat, yaitu mineral silikat. 
Tabel Unsur-Unsur Penyusun Utama Semen
Nama Oksida Utama
Rumus Empiris
Rumus Oksida
Notasi Pendek
Kadar Rata – Rata (%)
Trikalsium Silikat
Ca3SiO5
3CaO.SiO2
C3S
50
Dikalsium Silikat
Ca2SiO4
2CaO.SiO2
C2S
25
Trikalsium Aluminat
Ca3Al2O6
3CaO.SiO2
C3A
12
Tetrakalsium Aluminoferrit
2Ca2AlFeO5
4CaO.Al2O3.Fe2O3
C4AF
8
Kalsium Sulfat Dihidrat (Gypsum)

CaSO4.2H2O
CS̅H2
3,5
Sumber : Nugraha dan Antoni. 2007
Ketika air ditambahkan ke dalam campuran semen, proses kimiawi yang disebut dengan hidrasi akan berlangsung. Adapun reaksi-reaksi hidrasi yang berlangsung adalah Hidrasi C3S dan C2S, Hidrasi C3A, dan Hidrasi C4AF. 
2. Agregat
Agregat merupakan komponen yang paling banyak terkandung dalam beton. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60% sampai 80% volume agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogeny, dan rapat, dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di antara agregat berukuran besar.
Penggunaan agregat dalam beton adalah untuk :
a.       Menghemat penggunaan semen portland
b.      Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton.
c.       Mengurangi susut pengerasan beton.
d.      Mencapai susunan beton yang padat. Dengan gradasi yang baik, maka akan didapatkan beton yang padat.
e.       Mengontrol workabilitas beton. Dengan gradasi agregat yang baik (gradasi  menerus), maka akan didapatkan beton yang mudah dikerjakan.
Dua jenis agregat adalah Agregat halus (pasir alami dan pasir buatan) dan Agregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan pecahan dari blast-furnace)

Agregat Halus
Menurut SNI 03-3976-1995, Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran terbesar 5,0 mm.
Menurut standar SK SNI S-04-1998-F,1989, agregat halus untuk bahan bangunan (kecuali agregat khusus, misalnya : agregat ringan dan sebagainya) sebaiknya dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1)      Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan ≤ 2,2
2)      Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan). Jika diuji dengan larutan garam natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12% dan jika diuji dengan garam magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimum 10%.
3)      Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%, jika kandungan lumpur pasir melebihi 5% maka pasir harus dicuci.
4)      Tidak mengandung zat organik yang terlalu banyak, yang dibuktikan dengan percobaan warna dengan menggunakan larutan NaOH 3%. Warna cairan di atas endapan pasir tidak boleh lebih gelap dari warna standar pembanding.
5)      Distribusi ukuran butiran pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai 3,8 dengan variasi butiran sesuai standar gradasi pasir.
6)      Untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat halus tidak boleh reaktif terhadap alkali.
7)      Agregat halus dari laut/pantai, penggunaannya harus dengan petunjuk lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.



Adapun sifat – sifat dari agregat halus yaitu :
1)      Berat jenis agregat merupakan rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan volume yang sama pada suhu yang sama. Pada umumnya agregat mengandung butiran pori-pori, sehingga berat jenis agregat dibedakan menjadi dua istilah, yaitu berat jenis mutlak, jika volume benda padatnya tanpa pori dan berat jenis semu, jika volume benda padatnya termasuk pori-pori tertutupnya.
Berdasarkan berat jenisnya agregat dibedakan menjadi :
a)      Agregat normal, yaitu agregat yang berat jenisnya antara 2,5 sampai 2,7.
b)      Agregat berat, yaitu agregat yang berat jenisnya lebih dari 2,8
c)      Agregat ringan, yaitu agregat dengan berat jenis kurang dari 2,0, biasanya agregat ini digunakan untuk pembuatan beton ringan.
2)      Berat satuan agregat adalah berat agregat dalam satu satuan volume bejana, dinyatakan dalam kg/liter atau ton/m3. Berat satuan agregat berkisar antara 1,50 sampai 1,80 kg/liter.
3)      Modulus halus butiran adalah suatu indeks yang dipakai untuk ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Makin besar modulus kehalusan agregat menunjukkan bahwa semakin besar pula ukuran butir-butir agregatnya, begitu juga sebaliknya. Modulus halus butiran dihitung dengan menjumlahkan persen kumulatif dari butir-butir agregat yang tertinggal di atas satu set ayakan dan kemudian dibagi seratus.
4)      Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat memiliki ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butiran agregat bervariasi, maka pori-pori yang terjadi akan semakin kecil. Hal ini karena butiran yang kecil akan mengisi pori di antara butiran yang besar, sehingga pori-porinya semakin sedikit dan tingkat menjadi semakin tinggi. Kurva gradasi suatu agregat dapat dibuat dengan menggunakan hasil dari analisis ayakan/saringan. Kurva gradasi digambarkan pada skala semilog, yaitu dengan “ukuran ayakan” pada absis berskala log dan “% berat yang melalui ayakan” pada ordinat berskala linear (Nugraha dan Antoni, 2007). Berdasarkan syarat batas gradasinya, agregat halus (pasir) dibagi menjadi 4 (empat) zona seperti yang di tunjukkan dalam Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Syarat Batas Gradasi Pasir
Ayakan
(mm)
Persentase Lolos Ayakan
Zona 1
Pasir kasar
Zona 2
Pasir agak kasar
Zona 3
Pasir agak halus
Zona 4
Pasir halus
Bawah
Atas
Bawah
Atas
Bawah
Atas
Bawah
Atas
10
100
100
100
100
100
100
100
100
4,5
90
100
90
100
90
100
95
100
2,4
60
95
75
100
85
100
95
100
1,2
30
70
55
90
75
100
90
100
0,6
15
34
35
59
60
79
80
100
0,3
5
20
8
30
12
40
15
50
0,15
0
10
0
10
0
10
0
15
Sumber : SK SNI-S04-1989-F
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), pemeriksaan terhadap agregat halus (pasir) dilakukan terhadap kadar lumpur, berat jenis, gradasi, berat volume dan kadar air agregat halus (pasir).
1)      Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus (pasir)
Pemeriksaan kadar lumpur pasir mengacu pada SNI 13-6669-2002 penentuan kadar lempung bahan pasir. Kadar lumpur pasir ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
Kadar lumpur    =    x 100%                                        ..................... (2.1)
Di mana :
G1         = berat kering oven pasir awal
G2         = berat pasir kering oven setelah dicuci.
2)      Pemeriksaan berat jenis agregat halus (pasir)
Prosedur pelaksanaan untuk pemeriksaan berat jenis agregat halus ini dilakukan berdasarkan SNI 1970:2008 tentang cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus. Pada pengujian ini akan diperoleh berat jenis bulk (bulk specific gravity), berat jenis kering permukaan (SSD : Saturated surface dry) dan berat jenis semu (apperent) dan penyerapan agregat halus (absorpsi). Persamaan yang digunakan adalah :
Bulk specific gravity      =                                     .. .................. (2.2)
Saturated Surface Dry ( SSD)   =                        ..................... (2.3)
Apparent specific grafity           =                        ..................... (2.4)
Absorption         =   x 100%                                           ..................... (2.5)
Di mana
Bj         = berat agregat halus dalam keadaan kering permukaan
Ba        = berat air + piknometer
Bt        = berat air + sampel + piknometer
Bk        = berat kering agregat halus (pasir)
3)      Pemeriksaan gradasi agregat halus (pasir)
Pemeriksaan gradasi agregat halus mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI 03-1968-1990 tentang analisis saringan agregat halus dan kasar. Pada pengujian ini digunakan saringan standar ASTM ( American society of testing and materials). Perhitungan persentase berat agregat yang tertahan pada setiap saringan ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
% Tertahan  = x 100%        …. ... (2.6)
4)      Pemeriksaan berat volume agregat halus (pasir)
Pemeriksaan ini mengacu pada SNI 03-4804-1998 Metode Bobot Isi dan Rongga Udara dalam Agregat. Berat volume ditentukan dengan persamaan berikut :
Berat volume     =                                                             ...................  (2.7)
Di mana :
G         = berat agregat dalam penakar
T          = berat penakar
V          = volume penakar
5)      Pemeriksaan kadar air agregat halus (pasir)
Pemeriksaan kadar air agregat halus ini mengacu pada SNI 03-1971-1990 tentang prosedur pengujian kadar air agregat. Untuk menentukan kadar air agregat digunakan persamaan berikut :
Kadar air                        =                                 ..................... (2.8)
Di mana :
w1   = berat pasir awal (sebelum dikeringkan)
w2   = berat pasir kering oven.
Agregat Kasar
Menurut SNI 03-3976-1995, Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alam dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 – 40 mm. Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya terhadap desintegrasi beton, cuaca, dan efek – efek perusak lainnya. Agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahan – bahan organik, dan harus mempunyai ikatan yang baik dengan gel semen.
Jenis agregat kasar pada umumnya yaitu batu pecah alami, kerikil alami, agregat kasar buatan, dan agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat. Dalam penelitian ini digunakan batu pecah alami. Batu pecah alami dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi terhadap beton.
Agregat harus memenuhi syarat kebersihan yaitu, tidak mengandung lumpur lebih dari 1 %, dan tidak mengandung zat–zat organik yang dapat merusak beton. Pemeriksaan yang dilakukan pada agregat kasar ini adalah sebagai berikut :
1)      Pemeriksaan gradasi agregat kasar
Pemeriksaan gradasi agregat kasar ini sama dengan pemeriksaan gradasi agregat pada agregat halus. Untuk menentukan distribusi butiran agregat dapat digunakan persamaan 2.6. Agregat kasar memiliki modulus kehalusan butiran antara 5 sampai 8 dan persyaratan gradasi yang telah ditentukan menurut  British Standard  adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Syarat agregat kasar menurut British Standard
Ayakan (mm)
Persen Butir lewat ayakan,
Besar butir maks
40 mm
20 mm
12,5 mm
40
95 – 100
100
100
20
30 -70
95 - 100
100
12,5
-
-
90 - 100
10
10 - 35 
25 - 55 
40 - 85
4,8
0 - 5 
0 - 10 
0 - 10
Sumber : Mulyono, 2003
2)      Berat jenis agregat kasar
Pada pengujian ini akan diperoleh berat jenis kering permukaan (SSD : Saturated surface dry), berat jenis semu (apperent) dan penyerapan agregat kasar (absorpsi). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Bulk specific gravity      =                                         … ................ (2.9)
Saturated Surface Dry ( SSD)   =                             ….……...... (2.10)
Apparent specific grafity           =                             ….……...... (2.11)
Absorption         =   x 100%                                           ................... (2.12)
Di mana
Bj         = berat kerikil dalam keadaan kering permukaan
Ba        = berat agregat dalam air
Bk        = berat kering agregat kasar (kerikil)
3)      Pemeriksaan berat volume agregat kasar
Pemeriksaan ini mengacu pada SNI-03-4804-1998 Metode Bobot Isi dan Rongga Udara dalam Agregat. Perhitungan berat volume agregat kasar menggunakan persamaan 2.7.
4)      Kadar air agregat kasar
Pemeriksaan kadar air agregat kasar ini mengacu pada SNI 03-1971-1990 tentang prosedur pengujian kadar air agregat. Untuk menentukan kadar air agregat digunakan persamaan berikut :
Kadar air                        =                                .................  (2.13)
Di mana :
w1 = berat kerikil awal ( sebelum dikeringkan)
w2 = berat kerikil kering oven.

 Air
Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran agar mudah pengerjaannya. Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk campuran beton. Air yang mengandung senyawa – senyawa yang berbahaya , yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan – bahan kimia lain, bila dipakai untuk campuran beton akan sangat menurunkan kekuatannya dan dapat juga mengubah sifat – sifat semen. Selain itu, air yang demikian dapat mengurangi afinitas antara agregat dengan pasta semen dan mungkin pula mempengaruhi kemudahan perkerjaan.
Karena karakter pasta semen merupakan hasil reaksi kimiawi antara semen dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadapt total (semen + agregat halus + agregat kasar) material yang menentukan, melainkan hanya perbandingan antara air dan semen pada campuran yang menentukan. Kandungan air yang rendah menyebabkan beton sulit dikerjakan (tidak mudah mengalir), dan kandungan air yang tinggi menyebabkan kekuatan beton akan rendah..
Air yang diperlukan dipengaruhi faktor-faktor di bawah ini :
1)      Ukuran agregat maksimum
Diameter membesar maka kebutuhan air menurun, begitu pula jumlah mortar yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit.


2)      Bentuk butir
Bentuk bulat maka kebutuhan air menurun, batu pecah perlu lebih banyak air.
3)      Gradasi agregat
Gradasi baik maka kebutuhan air menurun untuk kelecakan yang sama.
4)      Kotoran dalam agregat
Makin banyak silt, tanah liat dan lumpur maka kebutuhan air meningakat.
5)      Jumlah agregat halus
Agregat halus lebih sedikit maka kebutuhan air menurun.
Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut :
1)      Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter
2)      Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter
3)      Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter
4)      Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter
Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan mengganggu proses pengerasan atau ketahanan beton. Kotoran secara umum dapat menyebabkan :
Gangguan pada hidrasi dan pengikatan
1)      Gangguan pada kekuatan dan ketahanan
2)      Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan
3)      Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton
4)      Bercak-bercak pada permukaan beton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar