Beton Di Lingkungan Air Laut

concrete pier construction steel structure in the sea
Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan di daerah sekitaran laut seperti jembatan, dermaga, pemecah gelombang (break water), piers, jetties dan sebagainya. Di dalam proses pembuatan bangunan tersebut, kontak dengan air laut kadang tidak dapat terhindarkan termasuk ketika beton masih dalam proses perawatan (curing).

Air  laut  sendiri  mengandung 3,5% garam-garaman yang dapat menggerogoti  kekuatan  dan  keawetan beton. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida (Hidayat, 2011:3). Kandungan  klorida  (Cl) yang yang begitu tinggi pada  air  laut  merupakan  garam  yang  bersifat  agresif terhadap  bahan  lain,  termasuk  beton. Kerusakan dapat terjadi pada beton akibat reaksi  antara  air  laut  yang  agresif  yang terpenetrasi  ke  dalam  beton  dengan senyawa-senyawa  di  dalam  beton  yang mengakibatkan  beton  kehilangan sebagian massa, kehilangan kekuatan dan kekakuannya  serta  mempercepat  proses pelapukan.
Garam-garam  Sodium  yang terkandung  dalam  air  laut  dapat menjadi unsur yang berbahaya bila berkombinasi dengan agregat alkali yang reaktif,  sama  seperti  dengan  kombinasi dengan  semen  alkali.  Karena  itu  air  laut tidak  boleh  dipakai  untuk  beton  yang diketahui  mempunyai  potensi  agregat alkali reaktif, bahkan bila kadar alkalinya rendah  (Nugraha,  2007:78).  Garam-garam seperti Kalsium Klorida dan Magnesium klorida akan  bereaksi secara  kimiawi  dengan semen segingga mengurangi setting time, kekuatan dini meningkat tetapi untuk kekuatan akhirnya menurun dan konsentrasi sulfat pada air laut juga bias menyebabkan kerusakan pada pasta. Selain reaksi  kimia,  kristalisasi  garam  dalam rongga  beton  dapat  mengakibatkan kehancuran  akibat  tekanan  kristalisasi tadi.  Karena kristalisasi terjadi  pada titik penguapan air, bentuk serangan terjadi di dalam beton di atas pemukaan air. Garam naik di dalam beton dengan aksi kapiler, jadi serangan terjadi hanya jika air dapat terserap  dalam  beton  (Nugraha, 2007:76,169).
Porositas pada beton sangat penting diteliti terutama pada bangunan tepi pantai dan bangunan yang bersinggungan dengan tanah. Pada bangunan tepi pantai, beton akan bersinggungan dengan air garam yang mengandung NaCl yang dapat meresap ke dalam beton sehingga dapat merusak dan bahkan menghancurkan beton. Kerusakan beton terjadi ketika NaCl tersebut menguap sehingga di dalam pori-pori beton timbul kristal - kristal yang akan mendesak pori-pori dinding beton. Akibatnya beton pecah menjadi serpihan-serpihan lepas. 

Maka dari itu biasanya untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat pengaruh klorida dan sulfat pada beton ini, seringkali digunakan beton dengan mutu tinggi. Hal ini dimaksudkan agar penetrasi air laut ke dalam beton menjadi semakin sulit karena tingkat kepadatan beton yang tinggi. Sehingga kekuatan beton yang berada di lingkungan laut tidak mengalami perubahan.

2 comments:

Cage mengatakan...

Kuat sekali berati desain beton untuk di laut ya

Anonim mengatakan...

Berarti cuma ada satu cara membuat beton anti air laut yaitu mutu tinggi...

Posting Komentar